Bermula dari saking
seringnya ditanya, gimana sih caranya dapat beasiswa? Apa sih syaratnya? Sampai -sampain terlalu
sering menjawab, dan akhirnya terbit keinginan buat nulis di blog aja. Uang
kuliah spesialis itu gak murah, apalagi kuliahnya lama 4,5-5,5 tahun dimana
selama itu kita gak boleh bekerja (gak ada income dong-red). Alhamdulillah
kabar baik,LPDP membuka kesempatan untuk dokter-dokter umum kere seperti saya,
untuk menyambung kuliah.
Alhamdulillah adek
PPDS hari ini tugasnya menemani senior-senior ganteng futsal aja. Jadi masih
sempat ngeblog. Huehehhe. Here we go.๐
- Buka web LPDP
LPDP
mencari awardee (penerima beasiswa) yang aktif, bersinergi dan berintegritas.
Menurut
saya, ini adalah langkah paling penting. Mengapa? Kalau ingin meraih beasiswa,
kamu harus tahu dahulu seluk beluk pemberi beasiswanya. Penting untuk
menyamakan visi dan misi mu dengan LPDP. Dan yang tak kalah penting lagi, kamu
harus memenuhi syarat administrasi yang diminta LPDP.
Webnya
: https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/
- Persiapkan berkas walaupun deadline masih panjang
Sewaktu
percobaan kedua saya (yap, saya sudah mencoba dua kali), saya sudah memiliki
berkas utama untuk LPDP kecuali nilai TOEFL terbaru dan Essay. LPDP bisa saja
tiba-tiba mengumumkan deadline penutupan pendaftaran beasiswa, karena
seyogyanya LPDP buka sepanjang tahun. Maksud dari buka sepanjang tahun adalah
kalian tetap bisa mendaftar LPDP kapan pun, namun berkas tidak akan diseleksi /
diproses sebelum deadline tertentu.
- Tes TOEFL
Toefl
menjadi penting karena merupakan salah satu syarat dari LPDP. Beberapa center
menidakbolehkan peserta TOEFL mengikuti
ujian lebih dari satu kali dalam satu bulan. Sementara LPDP memiliki nilai min
Toefl bagi pendaftar. Baiknya jika ingin mengikuti pendaftaran beasiswa, uji
coba dulu nilai Toefl kalian. Lebih baik prepare kan ya ?
- We are different (esai dan wawancara)
Setiap
orang memiliki cara dan jalan hidupnya sendiri. Buatlah esai mu sesuai dengan
pengalaman pribadi mu. Banyak yang meminta contoh esai dari awardee lain, namun
tidak diberikan. Mengapa? Tahukah kamu, ahwa mungkin didalamnya ada cerita
sedih atau aib keluarga yang hanya diungkapkan awardee di depan penguji LPDP.
Nah, baiknya buatlah esai mu sendiri yang tidak terlalu berpedoman dengan esai
orang lain. Jika esaimu sama dengan yang lain, penguji juga bosan dan mereka
akan merasa bahwa kamu tidak punya "titik istimewa"sehingga tidak
harus diterima.
Untuk
esai, baiknya buat dalam empat paragraf. Paragraf pertama pembukaan (bisa
berupa masalah), paragraf kedua rencana solusi, paragraf ketiga hasil, dan
paragraf keempat kesimpulan. Dari yang saya pantau, LPDP sangat mencari mereka
yang miliki kualitas problem-solver. Begitu juga waktu wawancara, sering
ditanyakan tentang cara mengatasi masalah. Dengan esai yang seperti itu, kamu
membuka kesempatan penguji untuk melihat sisi problem solver kamu.
Cukup sekian tips
dari saya, dan akan saya update seiring adanya pertanyaan baru.๐
Saya ingin
berterimakasih untuk Senior-senior saya dari FK USU : mas Rizky 'Waang' (PPDS
Anestesi UNPAD) karena dari beliaulah saya mendapat info beasiswa, dan kepada
kak Pebri Warita sari Pulungan (PPDS OBGYN UNIBRAW) dari dia-lah saya belajar
keikhlasan saat gagal di LPDP pertama .๐๐
Dan dari blog mba
Avis (PPDS ANAK UGM) saya mengenal lebih
dalam beasiswa LPDP Spesialis( link https://www.kompasiana.com/avis/tips-raih-beasiswa-spesialis-lpdp-ppds_54f4421d745513a32b6c88e7),
dan saat ini mba Avis berteman dengan saya di Facebook.๐
Semangat bagi para
pemburu beasiswa.
Silakan kontak email
saya untuk bertanya.
Terima kasih.
#LPDPuntuksemua